Pelatihan IT Semester VI Analis Kesehatan

Sebagai mahasiswa semester VI Analis Kesehatan Semarang, saya merasa terbantu oleh pelatihan IT yang telah diadakan tersebut. Tidak hanya diajarkan mengenai pembuatan dan penggunaan Blog, dalam pelatihan ini juga diajarkan mengenai Sistem Informasi Laboratorium (SIL). Sehingga dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilaksanakan pada bulan April 2014 ini, saya telah memahami apa itu SIL dan bagaimana cara menjalankan atau mengoperasikan SIL tersebut. Materi yang disampaikan oleh saudara Setya Wijayanta juga simpel dan santai, sehingga memudahkan saya dalam memahami materi yang telah disampaikan. Walaupun dalam acara pelatihan ini memiliki kendala yang disebabkan oleh beberapa alasan, tetapi saya tetapmerasa senang dan menikmati pelatihan IT yang telah diadakan oleh pihak kampus. Terima Kasih telah membekali kami dengan pelatihan IT ini….

suasana pelatihan

suasana pelatihan

Kritik : Sumber daya listrik yang digunakan dalam acara pelatihan ini masih kurang memadai; ACnya terlalu dingin.

Saran : Fasilitas yang sudah tersedia masih ada kekurangan, mohon diperbaiki lagi; secara keseluruhan pelatihan IT ini sangat bermanfaat, semoga tahun-tahun berikutnya masih bisa berjalan.

SUKSES ANALIS KESEHATAN SEMARANG.

Sistem Informasi Laboratorium

Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen pembentuk system yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya, yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Kriteria dari sistem informasi antara lain fleksibel, efektif dan efisien.

Sistem Informasi Laboratorium (SIL) adalah Prosedur sistematik untuk mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan, mengolah, mengambil dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh laboratorium tentang kegiatan pelayanannya untuk pengambilan keputusan manajemen. Sistem ini seringkali harus berinteraksi dengan instrumen dan sistem informasi lainnya seperti Hospital Information Sistem (HIS).

Secara umum Sistem Informasi Laboratorium dibagi menjadi 3 bagian, antara lain:

1.      Input

a)   Form pendaftaran pasien dan sampel dan permohonan pemeriksaan

b)   Register pemeriksaan pasien klinis dan non klinis

c)    Daftar jenis dan tarif pemeriksaan sesuai daftar retribusi pelayanan laboratorium

d)   Register hasil pemeriksaan klinis dan non klinis

e)   Buku pencatatan pemakaian reagen

f)    Form laporan hasil pemeriksaan klinis dan non klinis.

2.      Proses

a)   Pencatatan data pasien, data sampel, data instansi, data jenis dan tarif pemeriksaan, hasil pemeriksaan, data reagen dan pemakaian reagen, data pemeriksa

b)   Perhitungan biaya pemeriksaan

c)    Perhitungan statistik laboratorium meliputi cakupan pemeriksaan laboratorium, rerata jumlah pemeriksaan per hari

d)   Perhitungan jumlah pemakaian reagen pemeriksaan

e)   Perhitungan jumlah pendapatan laboratorium per periode waktu serta perhitungan angka pencapaian target pendapatan.

3.      Output

a)    Informasi mengenai biaya pemeriksaan

b)   Laporan hasil pemeriksaan laboratorium klinis dan non klinis

c)    Rekapitulasi hasil dan riwayat pemeriksaan laboratorium

d)   Laporan statistik hasil pemeriksaan

e)    Laporan keuangan

f)    Laporan pemakaian reagen

g)   Laporan pengguna layanan (pelanggan).

PEMERIKSAAN INDEKS ERITROSIT

      Bahan Pemeriksaan : Darah vena dan darah kapiler

Tujuan        : Untuk mengetahui keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit.

Reagen:
Reagen hayem
Alkohol 70%
Na2EDTA
Reagen Drabkins

Alat :
Spuit
Lancet
Tourniquet
Tabung hematokrit
Mikroskop
Pipet eritrosit
Bilik hitung
Mikrocentrifuge
Dempul
Pipet gondok 5ml
Mikropipet
Spektrofotometer
Tabung reaksi

 Cara Kerja :

  •     Hematokrit
  1. Melakukan sampling darah kapiler.
  2. Menempelkan tabung hematocrit pada jari yang telah disampling.
  3. Memasukkan darah kapiler ke dalam tabung hematocrit hingga ¾ bagian tabung.
  4. Menghitung pada skala hematocrit.
  5. Menghitung jumlah eritrosit
  6. Melakukan sampling darah vena.
  7. Memipet darah menggunakan pipet eritrosit sampai batas tanda 1.
  8. Menghapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
  9. Memipet reagen hayem sampai garis tanda 101.
  10. Mengangkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari dan melepaskan karet penghisap.
  11. Mengocok pipet selama 3 menit agar homogeny.
  12. Setelah homogeny, membuang 3 tetesan pertama, kemudian memasukkan setetes campuran cairan ke dalam bilik hitung.
  13. Mendiamkan selama 2-3 menit agar eritosit dapat mengendap.
  14. Prosedur menghitung sel eritrosit pada mikroskop
  15. Meletakkan bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
  16. Mencari kotak penghitungan yang berada di tengah
  17. Kotak terbagi dalam 25 kotak kecil dan di setiap kotak kecil terbagi menjadi 16 kotak kecil
  18. Sel eritrosit dihitung dalam kotak kecil yaitu 4 kotak di sudut dan 1 kotak di tengah
  •     Hemoglobin
  1. Melakukan sampling darah vena.
  2. Memipet larutan Drabkin sebanyak 5 ml , memasukan kedalam tabung reaksi.
  3. Memipet darah yang sudah diberi antikoagulan  sebanyak 20µl dengan mikropipet dan membersihkan sia darah pada bagian luar  mikropipet .
  4. Mencampurkan darah dan lartan Drabkin kedalam tabung reaksi  dan homogenkan.
  5. Melakukan pembacaan campuran darah dan lartan Drabkin dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
  6. Mengamati dan mencatat hasil yang terlihat pada display spektrofotometer.

Hasil Perhitungan
Probandus:
Nama    : Monika Anggraini
Umur    : 19 tahun
Jenis Kelamin : perempuan

Hematokrit
Hasil pembacaan skala : 35%
Nilai rujukan wanita = 35-42%
Nilai rujkan pria = 40-57%
Hemoglobin
Hasil pembacaan = 11,6 g/dl
Nilai rujukan wanita = 13,6 g/dl – 18 g/dl
Nilai rujukan pria = 11,5 g/dl – 16,5 g/dl

 Jumlah eritrosit
Rumus    =    (N x 200)/(1/5 x 1/5 x 1/10)x5
=        59 x 200
1/50
=     5.900.000
Nilai rujukan untuk wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta
pria dewasa       : 4,5 – 6,5 juta
MCV (Mean Corpuscular Volume)
(Ht x 10)/eritrosit    =    (40 x 10)/5,900
= 68 ft
Nilai normal = 82 – 92 ft

MCH (Mean Corposcular Hemoglobin)
(Hb x 10)/eritrosit    = (11 x 10)/5,900
= 19 pikogram
Nilai normal = 27-31 pikogram

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
□(MCH/MCV) x100%    =    □(19/59) x100%
= 32%
Nilai normal = 32-37%

Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan indeks eritosit. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit. Beberapa nilai yang dipakai untuk pemeriksaan indeks eritosit adalah MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration). MCV yaitu nilai volume atau ukuran rata-rata eritrosit dengan femtoliter. Nilai MCV didapat dengan menghitung Ht dikali 10 yang dibagi dengan jumlah eritosit. Nilai MCV normal berada pada kisaran 82-92 femtoliter (ft). Jika nilai ini kurang dari 82 maka menandakan bahwa eritrosit berukuran kecil (mikrositik), sedangkan jika lebih dari 92 menandakan eritrosit berukuran besar (makrositik). Pada sampel yang kami periksa diperoleh nilai MCV sebesar 68, berarti ukuran eritrosit sampel mikrositik. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit yang disebut pikogram. Nilai MCH normal berada pada kisaran 27-31 pikogram. Pada sampel yang kami periksa didapat nilai MCH 29 yang berarti hemoglobin dalam eritrosit sampel tidak normal. Dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) yaitu kadar hemoglobin per eritrosit yang dinyatakan dalam persen (%) didapat nilainya dengan membagi MCH dengan MCV lalu dikalikan 100%. Nilai normal MCHC berada pada kisaran 32-37 persen. Jika nilainya kurang dari 32% maka termasuk hipokromik, sedangkan jika lebih dari 37% termasuk hiperkromik. Dari sampel yang kami periksa, nilai MCHC didapat 32% menandakan sampel yang diperiksa normal.

Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan indeks eritrosit diperoleh hasil normal dengan nilan MCV=68 ft, MCH=19pikogram, dan MCHC=28%.

Macam-macam Nama Alat Laboratorium dan Fungsinya

  1. Labu Ukur : Menampung dan mencampur larutan kimia.
  2. Tabung Reaksi : Menampung larutan dalam jumlah yang sedikit
  3. Beker Gelas : Menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang banyak
  4. Gelas Ukur : Mengukur volume larutan
  5. Pipet Ukur : Mengukur volume larutan
  6. Penjepit : Menjepit tabung reaksi selama melakukan proses pemanasan
  7. Pipet Tetes : Memindahkan beberapa tetes zat cair
  8. Botol Semprot : menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat dan bahan
  9. Erlenmeyer : Menyimpan dan memanaskan larutan dan menampung filtrate hasil penyaringan.
  10. Batang Pengaduk : Mengaduk larutan
  11. Statif : Menegakkkan corong, buret
  12. Kertas saring : Menyaring larutan
  13. Rak Tabung Reaksi : Tempat tabung reaksi
  14. Bola Hisap : Menghisap larutan yang akan diukur
  15. Corong Menyaring : cairan kimia
  16. Kawat kasa : Sebagai alas penyebaran panas
  17. Buret : Mengeluarkan larutan dengan volume tertentu
  18. Pipet gondok : Dipakai untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
  19. Lemari Asam : Menyimpan larutan yang bersifat asam
  20. Oven : Mengeringkan peralatan yang akan digunakan
  21. Neraca : Mengukur jumlah zat yang diperlukan
  22. Bunsen : Keperluan penggunaan api
  23. Kertas indikator : Menentukan pH larutan
  24. Centrifuge : Memisahkan dan mengendapkan padatan dari larutan
  25. Corong Pisah : Memisahkan larutan dan gas
  26. Mikropipet : Memindahkan cairan dengan volume yang sangat